.:: CHATBOX ::.

Selasa, 06 Maret 2012

TUGAS 1 [BAHASA INDONESIA 2] : METODE PENALARAN


Menurut Wikipedia, ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Contoh:

Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴ Jika dipanaskan, logam memuai.

Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

---

Penalaran Induksi
  • Proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untu menurunkan suatu kesimpulan (inferensi).
  • Fenomena individual : data atau pernyataan yang bersifat faktual proposisi
  • Proses penalaran induktif:
    -Generalisasi
    -Hipotese dan teori
    -Analogi induktif
    -Kausal


  • Generalisasi
    Proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tersebut.
    - Loncatan induktif: fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
    Contoh :
    Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
    - Tanpa loncatan induktif: fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
    Contoh :
    Setelah kita memerhatikan jumlah hari pada setiap bulan pada tahun Masehi, kemudian disimpulkan bahwa : Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari tiga puluh satu. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.

    Pengujian atau Evaluasi Generalisasi
    (1) Jumlah peristiwa sebagai dasar generalisasi (ciri kuantitatif)
    (2) Peristiwa adalah contoh yang baik (ciri kualitatif)
    (3)Kekecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi diperhitungkan
    (4)Keabsahan perumusan generalisasi.

    Hipotese dan Teori
  • Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenasi ‘menempatkan’)
    Semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta lebih lanjut
  • Teori
    Azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena yang ada.

  • Analogi
  • Analogi Induktif
    Proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku juga untuk hal lain.
  • Berbeda dengan analogi deklaratif atau analogi penjelas (termasuk dalam persoalan perbandingan).


  • Tujuan melakukan analogi induktif
    - Meramalkan kesamaan
    - Menyingkapkan kekeliruan
    - Menyusun sebuah klasifikasi.

    Hubungan Kausal
    Dapat berlangsung dalam tiga pola:
  • Sebab ke akibat: dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek
  • Akibat ke sebab: dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat
  • Akibat ke akibat: dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat



  • Penalaran Deduksi
  • Deducere (de berarti ‘dari’ dan ducere berarti ‘menghantar’, ‘memimpin’)
  • Merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan
  • Corak berpikir deduktif: silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternatif, entinem, rantai deduksi.


  • Silogisme
    Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.

    Silogisme Kategorial
  • Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
  • Tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya:
    (1)Semua buruh adalah manusia pekerja
    (2)Semua tukang batu adalah buruh
    (3)Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.


  • Proposisi Silogisme
  • Dalam seluruh silogisme hanya ada 3 term: term mayor, term minor, dan term tengah
  • Tiap silogisme terdapat 3 proposisi: dua proposisi yang disebut premis, dan satu proposisi yang disebut konklusi
  • Proposisi diberi nama sesuai dengan term yang dikandungnya: premis mayor, premis minor, dan konklusi (kesimpulan).
  • Premis mayor:
    premis yang mengandung term mayor
    Proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu
    Contoh: “Semua buruh adalah manusia pekerja” adalah premis mayor karena akan muncul sebagai predikat dalam konklusi
  • Premis minor:
    Premis yang mengandung term minor
    Proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa yang khusus sebagai anggota dari kelas tertentu
  • Kesimpulan:
    Proposisi yang mengatakan bahwa apa yang benar tentang seluruh kelas, juga akan berlaku bagi anggota tertentu.


  • Silogisme Hipotetis
    Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese.
    Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotetis.
    Rumus proposisi mayor dari silogisme:
    Jika P, maka Q
    Contoh:
    Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
    Premis Minor: Hujan tidak turun
    Konklusi: Sebab itu panen akan gagal.

    Atau
    Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
    Premis Minor: Hujan turun
    Konklusi: Sebab itu panen tidak gagal.

    Pada contoh premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
    Terdapat asumsi: kebenaran antiseden akan mempengaruhi kebenaran akibat.

    Silogisme Alternatif
    Silogisme alternatif atau silogisme disjungtif:
    proporsi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan.
    Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
    Konklusi tergantung dari premis minornya.
    Contoh:
    Premis Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah
    Premis Minor: Ayah ada di kantor
    Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah.

    Atau

    Premis Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah
    Premis Minor: Ayah ada di kantor
    Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah.

    Entimem
    Enthymeme, enthymema (Yunani) berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’
    Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi.
    Contoh: Silogisme aslinya berbunyi:
    Premis Mayor: Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup
    adalah seorang pemain kawakan.
    Premis Minor: Taufik Hidayat terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup.
    Konklusi: Sebab it Taufik Hidayat adalah seorang pemain (bulu tangkis
    kawakan).
    Penulis dapat menyatakan dalam bentuk entimem:
    “Taufik Hidayat adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan, karena terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup.”

    Rantai Deduksi
    Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.

    Semua buah belimbing masam rasanya. (hasil generalisasi)
    Kali ini saya diberi lagi buah belimbing.
    Sebab it, buah belimbing ini juga pasti masam rasanya. (deduksi)
    Saya tidak suka akan buah-buahan yang masam rasanya. (induksi: generalisasi)
    Ini adalah buah belimbing masam.
    Sebab it, saya tidak suka buah belimbing ini (deduksi)
    Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi: generalisasi)
    Saya tidak suka buah ini.
    Sebab it saya tidak akan memakannya. (deduksi)



    sumber lainnya: [*]

    0 komentar on "TUGAS 1 [BAHASA INDONESIA 2] : METODE PENALARAN"

    Posting Komentar

     

    .::FEEL THE SUMMER BREEZE::. Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet and s.Z.c.H.a | All Image Presented by Tadpole's Notez